Selasa, 13 Mei 2014

Ge dan Na: Tujuh Kata Aneh (Kata Hitam)

#edisispesiall_katanya

“Ge,” panggil Na dari kolom rumah.
“Ge!” Mengulang pangglannya karena yang dipanggil sepertinya tak muncul-muncul.
“Geeeee!” Kali ini dengan suara keras.
“Ehm ...” yang di panggil muncul dari belakang Na.
“Apaan sih terak-teriak, salam kek,” ucap Ge.
“Hehehe ...  ada yang baru makanya lupa,” Na cengengesan.
“Baru gmana? Namaku jadi salam pembuka, atau salam pas mau masuk rumah orang?” Ge bertanya. Wajahnya memerah, tidak terima namanya menjadi salam yang di rubah.
“Kata siapa?” tanya Na.
“Katanya ada yang baru,”
“Iya ... tapi bukan nama kamu yang jadi pengganti salam. Itu tadi aku khilaf bin salah dan minta maaf sebesar-besarnya,” ucap Na. Kebiasaan bicara cepatnya keluar.
“Minta maaf sama aku?” tanya Ge.
“Bukan, sama Allah, Pemilik kita.”
Ge tersenyum. Kapan lagi lihat Na mendadak alim.
“Terus apa yang baru?” tanya Ge kemudian. Matanya menatap sahabatnya dengan tatapan penasaran tingkatan sangat.
“Mmm ... itu ...” Na bergumam.
“Mulai deh itu, ituan. Apa yang baru?”
“Tugas,” ucap Na singkat.
“Tugas apaan?”
“Nyambungin kata jadi kalimat, kalimat jadi puisi, bisa juga cerpen, jadi novel malah lebih kerenan lagi,” jelas Na. Ge menganga. Tak paham.
Singkat cerita Na menjelaskan ala guru SD. Sesuai kemampuannya dong. Lagian Ge juga lama mengertinya. Kalau ditanya kenapa Ge lama ngertinya, paling dijawabnya, “Na itu bicaranya cepat, kadang lupa nafas, ujung-ujungnya bukan ngerti, aku malah ke dapur ngambilin segelas air pas dia selesai ngomong. Habis itu, lupa deh tadi Na ngomongin apa.”
Penjelasan usai. Ge bengong.
Sungai, peti, hitam, sajadah, laptop, surat, dan keju?”
“Yup.”
“Apa hubungannya sungai sama peti hitam? Emang iya sih sambil gelar sajadah bisa ditemanin laptop. Tapi, konsentrasinya ke benda itu ntar. Terus surat? Oh iya bagaimana dengan surat bersampul warna keju?” Ge mencari ide, Na menganga.
“Ge, sebenarnya kamu kalau nulis bisa keren loh,” ucap Na.
“Kenapa memang?”
“Tuh, nyambungin katanya lancar.”
“Yang bener?”
“He eh ...”
“Ngga deh, Na. Cukup dengerin kisah kamu saja sudah bikin pusing, apa lagi menuliskannya?”
“Justru itu, dengan kamu nulis kamu bisa ngeluarin uneg-uneg tentang aku yang rada aneh.”
Ge berfikir. Betul juga.
“Ge?”
“Ya?”
“Kenapa diam?”
“Aku lagi rencanaiin nulis keluh kesah tentang kamu.”
“Nanti dong Ge, tadikan aku lagi certain tujuh kata aneh!”
“Aneh gimana? Bagus dong kalau bisa disambungin terus jadi cerita, nah ... bakalan meras otak tuh. Tapi tenang, Ge yang baik hati siap membantu.”
“Tapi kan tugas perseorangan Ge,”
“Yee ... aku bantu makan cemilan kamu doang kaleee ...”
Na berbalik siap pulang.
“Na! Bercandaaa ...” Ge mengejar setelah sebelumnya menyambar satu toples kue buat dpake membujuk si Na.
Hmm ... mari menyambungkan kata-kata hitam. Pikir Na.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)