Tularkan Hobi Menulis Sejak Dini
Oleh: Nahlatul Azhar
Menjadi
penulis sebenarnya bukan perkara sulit. Tinggal niat yang kuat lalu tulis apa
yang ingin diunkapkan. Itu jika memang sekedar ingin jadi penulis. Tapi jika
ingin menjadi penulis yang dikenal, maka perkara niat dan menulis haruslah ditambahi
dengan mempublikasikan tulisan di depan banyak orang.
Di
Sulawesi Selatan sendiri sudah bertebaran para penulis dengan jam terbang yang
sudah bisa diperhitungkan. Baik menulis untuk koran-koran lokal, maupun koran
nasional, tidak jarang pula yang mampu bersaing pada lomba-lomba kepenulisan,
dan sudah barang tentu mendapatkan kursi kemenangan.
Organisasi
kepenulisan bertebaran di dunia nyata pun maya. Tidak hanya mereka, penulis
yang memang aktif di organisasi kepenulisan, bahkan yang hanya berbekal
pengalaman pun sudah bisa menembus media. Tidak hanya mereka dengan jiwa-jiwa
yang sudah punya segudang ilmu kepenulisan, yang baru memulai pun sudah
terlihat sedikit taringnya.
Sedikit
masalah yang mungkin akan menjadi serius jika diseriusi adalah, penulis yang
memang dikader sejak kecil masih sangat sedikit. Bahkan sangat jarang. Di
SULSEL sendiri penulis-penulis cilik sangat jarang terlihat. Bahkan tidak ada.
Padahal, menulis sejak dini tentu sangat membantu anak-anak zaman sekarang agar
dapat menyalurkan imajinasi yang dimiliki.
Kendala
kurang tertarik menjadi alasan. Alasan lain adalah karena memang menulis jarang
diperkenalkan secara mendalam kepada anak-anak usia dini. Menulis hanya
diperkenalkan saat duduk di bangku sekolahan, itu juga hanya saat pelajaran
bahasa indonesia dan sekali lagi sebatas perkenalan cara, tanpa kelanjutan yang
lebih mendalam.
Padahal
anak-anak tentu punya khayalan yang tak terbatas. Khayalan-khayalan itu dapat
disalurkan ke dunia menulis tentu dengan pertimbangan manfaat yang sangat baik.
Dari menulis anak-anak akan terlatih merangkai kata, anak yang sulit
berpendapat dengan lisan pun bisa menyampaikan pendapatnya dengan menulis,
dilain sisi terdapat apresiasi jika tulisan-tulisan anak dapat menembus media,
seperti koran atau majalah misalnya.
Saya
pribadi termasuk lambat mengenal dunia tulis menulis secara mendalam, dan
memang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Mengenalnya pun saat duduk di bangku kuliahan, padahal jika menoleh ke
belakang, bapak sendiri suka menulis, tante juga sama, sayangnya menulis tidak
dianggap penting saat itu. Sehingga saya baru mengenal dunia penuh kata setelah
duduk di bangku kuliah.
Saat
ini saya mulai menularkan hobi menulis kepada adik-adik saya di kampung, toh
menulis tidak butuh bawaan lahir, menulis hanya jika ingin itu masih bersemayam
dalam diri. Hanya perlu menyulut kobaran apinya yang sudah ada sejak awal dengan
sedikit minyak tanah. Maka hasilnya sedikit demi sedikit akan tampak. Contoh
kecilnya yaitu dua adik saya sudah masuk dalam dunia kata. Sebutlah saja Nurul
Izza Khaeriah dengan cerpennya dan Sitti Muhajirah dengan pusinya.
Nahlatul Azhar |
Tidak
hanya sampa di situ, mengenalkan dunia menulis di sekolah tempat pelaksanaan
P2K (pemantapan profesi keguruan) mulai saya jalani. Awalnya mengenalkan puisi
adik yang dimuat koran fajar, lalu cerpen anak yang juga dimuat Koran Harian Fajar,
dan membacakannya di depan mereka. Tidak banyak yang tertarik memang, terlebih
murid laki-laki. Tapi ada beberapa murid yang menaruh minat sangat besar.
Terbukti keesokan harinya, ada dari mereka yang menunjukkan sebuah karya berupa
cerita.
Maka
makin yakinlah saya, menularkan hobi menulis sejak dini itu perlu bahkan
penting. Hingga cerita-cerita anak tidak hanya ditulis oleh orang-orang dewasa,
namun dapat pula ditulis oleh anak itu sendiri. Anak-anak pun akan semakin
kreatif karenanya, mentalnya juga akan terus terlatih.
Jika
dunia menulis kelak sudah melekat dalam hati anak-anak sejak dini, hanya
menunggu waktu SULSEL akan melahirkan penulis-penulis cilik yang patut
diperhitungkan. Semoga.*.
Saya mengenal dunia tulis menulis khususnya di blog ya baru satu tahun ini mbak.
BalasHapusMerasa sangat terlambat. Apalagi belum bisa menelurkan satu karya pun mbak. Ah, terus belajar!
Yang penting sudah memulai mba Ika. Aku juga lambat kok, mari terus berkarya. Makasih sudah mampir :)
Hapus