Minggu, 02 Maret 2014

Bertukar Peran (KeKeR, Sabtu 21 Desember 2013)


Bertukar Peran
Oleh: Nahlatul Azhar
Berbahagialah yang berpunya. Punya ayah yang baik juga ibu yang penyayang. Bersyukurlah mereka yang dilimpahi kebebasan dari orang tua mereka, sedang aku di sini bagaikan katak dalam tempurung. Terdiam dalam ributnya hati, berkicau seperti burung namun tak seorang pun mendengarnya.
Kemana perginya kata bernama hak itu? sepertinya enggan menyapa diriku. Justru menjauh bersama angin, meninggalkanku dalam keterpurukan diri. Lalu, mengapa kita tak pernah saling merasakan isi hati masing-masing. Bukankah darahku berasal dari darahmu juga. Air mataku bersumber dari kedua matamu pula. Tapi kenapa?
Diam-diam aku menangis dalam bilik sunyi yang sempit, menunggumu menyeka butiran-butiran asin yang tiap saat meleleh di kedua pipi. Berharap engkau bertanya dengan lembut, “Kamu kenapa, Sayang?”
Lalu kapan? Aku lelah ... biarkan aku membuatnya nyata dalam mimpiku saja.
***
“Bu, bangun ini sudah jam enam!” kurasakan seseorang menggoyang-goyangkan tubuhka. Aku masih ingin terlelap, susah payah aku tertidur dan sekarang malah dibangunkan, biasanya aku bangun jam delapan kan.
“Bu, si Alma belum dibuatkan sarapan, Ilmi dari tadi menangis di kamar sebelah,” aku bangkit dan mendapati wajah legam bapak dengan tatapan perintahnya. Tapi kenapa memanggilku dengan sebutan ibu? Aku kan anaknya.
“Kenapa bengong sih, Bu? Nanti aku juga bisa terlambat nih,” ucapnya lagi. Tapi aku masih terdiam, masih tak habis pikir tentang semuanya. Bapak memanggilku ibu dan ... dan sekarang aku terbaring dalam kamarnya, tempat yang selama ini tak boleh aku masuki sekalipun aku adalah anak sulung mereka.
Pikiranku kacau, ada apa ini? aku turun perlahan dari tempat tidur dan berjalan ke arah cermin. Oh ... tidak! Wajah ini, wajahku ...
“Aduh Bu, anak-anak sudah terlambat ke sekolah tuh,” kali ini ayah membentakku.
“I ... iya, Yah.” Jawabku akhirnya. Ini bencana bagiku.
Tidak-tidak, ini tidak mungkin. Aku terperangkap dalam tubuh ibu? Mana ada yang seperti itu?
Hah! Ini mustahil, pasti hanya mimpi, pasti!
Aku tetap berjalan menuju kamar Ilmi. Kudapati ia menangis keras. Lalu Alma ikut berdiri di sampingku, dia pun menagis sekeras-kerasnya.
“Bu, bekalku belum siap. Aku sudah terlambat hu...hu...hu,” ucap Alma. Dia memang masih duduk di taman kanak-kanak.
“Iya, kakak ... eh ibu siapkan dulu yah,” ucapku bingung.
Belum juga aku beranjak ke dapur, suara Ilmi semakin keras menangis. Adik bungsuku itu memang selalu bangun pagi-pagi sekali. Biasanya harus digendong ibu dulu baru bisa diam. Hingga tidak jarang aku berangkat ke sekolah tanpa mendapat perhatian ibu. Ibu hanya sibuk dengan Alma, Ilmi, dan Amri.
“Alma aku yang siapin sarapannya, ya?” bujuk Amri yang saat ini duduk di kelas dua SMP. Dibandingkan aku dia memang lebih dekat dengan ibu, membuatku iri dan membenci keakraban keduanya.
Tapi ... menjadi ibu ternyata sulit. Ini bahkan baru suasana pagi. Bagaimana saat kami semua pulang? Bagaimana dengan membersihkan rumah, mengurus bayi,  mengurus keperluan ayah? Memasak untuk ayah, aku, Amri, Alma, dan Ilmi.
Jadi ini maksudnya? Kebencianku pada ibu menguap begitu saja. Rohku berpindah ke tubuh ibu, dan tubuhku entah dimana.  Apa ibu yang jadi penghuni barunya? Bukan ini maksudku, aku hanya berharap ibu melihat ke arahku, memperhatikanku bukan berarti aku ingin berada di posisinya dan berbuat semauku. Bukan itu maksudku. Aku tak ingin di tubuh ini, aku lebih suka tubuhku sendiri. Dan ... aku tidak akan membenci ibu lagi.
Aku mohon, kembalikan ragaku. Normalkan semuanya kembali, aku ingin tubuhku. Aku lebih memilih jadi diriku sendiri. Dan ibu ... ibu maafkan lah anakmu ini.
***
“Bangun Sayang. Elda, El kamu kenapa?” kurasakan sentuhan hangat di pipiku. Kupaksakan mataku terbuka dan kudapati wajah cemas ibu menatapku. Wajah yang kurindukan.
“Ibu,” suaraku serak menyambutnya. Perlahan aku duduk lalu memeluk tubuh kurusnya.
“Maafkan aku, Bu,” ucapku diiringi tangis penyesalan.
Ibu tak berkata apa-apa, hanya membalas pelukanku. Hangat dan nyaman.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)