Kamis, 11 April 2013

Sekuntum Bunga


Bangkitlah rasa dari masa lalau. Menjelma nyata pada suatu malam bisu. Meluluhlantakkan benteng pertahanan yang telah dibangun sekian waktu. Hancur dalam beberapa jam saja.
Seperti terlempar ke masa lalu. Kembali pada wajah yang dihindari. Wajah yang nampak jelas dalam mimpi. Seakan memanggil tuk kembali.
Tak hanya menampakkan wajah yang tak bersuara. Tawaran bahagia kembali dihadiahkan. Padaku. Sebuah tanda suka setelah tersingkir bagai debu. Dengan sekuntum janji yang tak untuk ditepati.
Terbius dalam pesonanya. Seperti dulu saat masih menyimpan racun suka. Bahkan tak perlu kata tuk mengiyakan. Cukup satu anggukan kepala menjawab semua tanya.
Terbang bagai burung. Perasaan tak jua berhenti berharap. Sekali madu menghmpiri, tak kenal beracun lantas diteguk. Tandas. Tak bersisa.
Tersadar saat madu tertelan sudah. Berubah pedih yang terasa dada. Sakit!!! Lalu terbangun dalam sekali hentakan saja. MIMPI.
Sudah sekian lama tak bersua. Sekian masa tak bertegur sapa. Pun hanya lewat suara atau dunia maya. Tak sekali pun pernah terjadi. Lantas, mengapa dalam tidur bertemu lagi?
Hati pun tak lagi perih. Pikiran tak lagi diikuti langkahnya. Tapi mengapa?
Saat tanya mulai bersuara, seorang sahabat memberi kabar. Dia telah sendiri.
‘Bahagia?’
‘Tidak!’
Yang ada rasa penasaran yang berkecamuk.
“Mengapa? Apa dia baik-baik saja?”
Penasaran yang berusah dipadamkan. Ya! Mungkin meminta pada waktu agar kembai bersahabat. Seperti dulu. Saat pertama kali merasa terluka karenanya.
Dan mimpi pun mengangkasa. Diterbangkan angin. Bukan menghampirinya. Namun menjadi gumpalan awan pekat yang berubah menjadi rintik hujan.
Itulah kisah sekuntum bunga. Bunga tidur.

8/4/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)