Jumat, 29 Maret 2013

Untuk Malam Yang Panas

Kau yang hadir tanpa permisi. Seperti sebuah keharusan pasti. Aku benci rasa yang berakhir duka. Maka itu cukup jadi alasan membutku menjuh. Tak lagi ingin menciptakan dekatnya jarak. Sebab akhirnya selalu pilu. Tak ada yang abadi. Benar!
Maka terciptalah jarak. Memisahkan aku dan mereka. Dekat itu tak lagi ada, sebab yang kutahu peduli itu hanya keegoisan semata. Bahkan jika ada yang menyebut dirinya peduli, itu semata-mata karena dirinya yang butuh. Jadi bukan karena peduli kan?
Dan akhirnya, aku diaanggap tak ada. Saat kaki melangkah, tak kan ada yang menoleh mencariku. Sebaliknya, ketika butuh kaki-kaki secepat kilat mendatangiku. Inikah fakta hidup?
Aku tahu semua saling berkaitan, saling membutuhkan. Namun bukan berarti HABIS MANIS LANTAS DITINGGAL!!! (berubah dikit) Aku pun terjebak dalam duniaku sendiri. Mencari sesiapa yang tak sekedar butuh bantuan tanpa berniat membantu.
Sekiranya peka itu dapat dibagi rata maka alangkah indahnya manusia saat ini. aku pun tak akan sendiri dan hanya menari bersama dua jari telunjuk. Berkawankan huruf-huruf yang tak kenal lelah mendengar keluh kesahku.
Bukan berarti aku tak butuh. Tidak! Justru aku takut bergantung pada manusia yang sudah pasti tak abadi. Karena ujungnya sudah ketahuan, kalau tidak ditinggalkan maka meninggalkan. Dan lagi hanya DIA yang harus jadi tempat bergantung tiap hamba.
Kesimpuannya, mari berbenah diri, mari tumbuhkan kepekaan diri, mari mendekatkan diri pada Ilahi Rabbi ...
Makassar, 29-3-2012
Suasana panas menambah panas isi hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)