Sabtu, 2 Februari 2013.
Pagi tadi aku terbangun dalam ketakutan. Bukan
karena melihat hantu tapi semalam aku melakukan kesalahan kecil yang cukup
untuk membuatku malas bangun. Berharap malam bertahta lama, lalu ingatan
semalam hilang dari kepala. Benar-benar sebuah harapan yang tak mungkin
terjadi.
Tapi, akhirnya aku bangun juga dari
tidur tak nyamanku sebab ada saja mimpi yang tidak mengenakkan. Begitula,
kebiasaanku adalah saat terlalu memikirkan sesuatu akan terbawa ke dalam mimpi,
yang jadi masalah adalah karena dalam mimpi pun apa yang kupikirkan itu tetap
jadi masalah.
Pukul 07.15, aku sangat kaget melihat
jam. Baru teringat hari ini aku ada kuliah pada jam 07.30. dengan bergegas aku pun ke kamar
mandi. Tahu sendirilah aktivitas kamar mandi seperti apa. Taraaaaaa ....
semuanya kukerjakan serba cepat untuk bergegas ke kampus biru. Sms dari seorang
kawan yang menanyakan pemuatan cerita mini di koran pun tak aku pedulikan lagi.
satu kata TERLAMBAT, cukup untuk tak memperdulikan semuanya termasuk tidak
sarapan sebelum berangkat.
Mengenai hubunganku dan koran lokal di
kota ini (Makassar) sebenarnya adalah kebetulan yang sangat menguntungkan.
Pemilik rumah yang aku tempati tinggal adalah salah satu pelanggan koran. Jadi
tiap pagi koran akan nagkring di meja depan rumah. Sebagai penulis amatir yang
berkawankan penulis keren, tentu hal tersebut menjadi hal yang baik. Karena
tiap hari sabtu dan minggu mereka tinggal tanya padaku karya (tulisan) siapa
yang dimuat hari ini?”. Dengan senag hati pula aku menjawab. Itu juga kalau sudah
lihat korannya.
Tapi pagi ini berbeda. Tanpa membalas
sms dengan nada pertnyaan serupa dengan sebelum-sebelumnya, aku malah tak ambil
pusing (sebenarnya sih rencana liatin sebelum berangkat kuliah, sayangnya aku
kembali lupa, saking buru-burunya mungkin).
Lalu ... detik demi detik berlalu.
Menciptakan pergerakan waktu menghasilkan menit. Lantas berlabuh pada jam, jam,
dan jam berikutnya. Pukul sepuluh lewat aku bersiap keluar dari kelas. Kuliah
selesai dan tugas kembali menumpuk. Lalu ... lalu ...
“Selamat, MENERBANGKAN MIMPI bersanding
dengan cermin Kisah Tersenyum milik Hendra.J.Hamzah.” Bukan pengumuman sih,
hanya sms yang sampai di Hpku.
Menerbangkan Mimpi ...
Menerbangkan Mimpi ...
Me ...
Satu kali baca aku masih tidak mengerti.
Dua kali baca, sudah memunculkan efek menganga. Tiga kali baca, sontak aku
berteriak. Empat kali baca, teman di sampingku bertanya, “ Kamu kenapa?”
Akhirnya mimpiku benar-benar lepas dari
sangkarnya. Terbang menembus media lokal yang sudah lama kujadikan target. Puisi
pendek yang sangat sedikit (sudah pasti). Namun cukup membuat nadiku berpacu
seakan jatuh cinta saja. Cinta?
Awalnya tak percaya. Namun aku
bela-belain pulang ke rumah buat lihat koran, dan ternyata memang ada di bagian
bawah pada halaman KEKER (Fajar).
Kabar bahagia di hari yang sibuk
Kabar bahagia mengisi hari yang suntuk
Kabar bahagia menepis kabar buruk
Kabar bahagia mendirikan sejarah yang berawal
dari gubuk
Kabar bahagia...
Dan inilah dia:
Menerbangkan
Mimpi
Serpihan-serpihan
mimpi mulai menyatu
bersama asa yang
hendak menghadang belenggu
berharap terbang
bersama dalam satu waktu
mimpi pun
terpatri dalam qalbu
satu-satu ia
mencari cara untuk beradu
demi mengepakkan
sayap di langit yang biru
menari bersama
tak kenal malu
lelah pun tak
jadi benalu
sayap kecil
terbukalah dulu
sedikit demi
sedikit menampakkan kaku
lama berjuang
akhirnya menderu
berakhir terbang
bersama mimpi yang menyatu
mimpi pun
berbuah madu
Benar-benar menghasilkan madu. Bukankah
Nahlatul Azhar memang lebah bunga PENGHASIL MADU?
Satu hal yang pasti, satu mimpi di 2013
sudah terpenuhi. Mimpi menembus media, dan semoga terus dan terus terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)