“Jadi hari ini mau bilang ke Izzy?” tanya Fany. “Maunya sih gitu, tapi suasana hatinya itu loh. Lihat tadi kan? Serem banget.” Dera menunjukkan wajah ngerinya mengingat kejadian di kelas tadi.
“Bukannya kamu sudah biasa dengan tampang jahatnya itu.”
“Duh, Fany ... dia itu ngga jahat!”
“Bela saja terus!”
Sudah menjadi rahasia umum kalau banyak cewek yang naksir sama Izzy. Tapi tidak sedikit juga yang mundur perlahan karena sikap dingin cowok itu. Tak jarang pula yang malah balik membencinya karena ditolak. Tapi Dera lain lagi, ia suka pada teman sekelasnya itu walau berusaha keras untuk menyembunyikannya.
“Besok saja deh Fany, aku masih ngga berani bilang ke dia,” ucap Dera.
“Tunda saja terus. Keburu kita selesai tau!”
“Jutek banget sih.”
“Biarin! Kamu juga sih, jatuh cinta sama gunung es kayak gitu. Sejak dari Sekolah Dasar pula.”
Dera tak menjawab omelan sahabatnya karena apa yang dikatakan Fany memang benar. Ia sudah menyukai Izzy dari SD. Saat duduk di sekolah dasar cowok itu tidak secuek sekarang. Dulu malah ia berteman dengan siapa saja. Sampai Dera yang saat itu dijauhi sama teman-temannya karena suka nangis pun diterima baik oleh Izzy.
Lima tahun berlalu dan sekarang keduanya bertemu lagi namun mengapa Izzy berubah? Hal itu juga yang membuat Dera ingin bertanya padanya saat pertama kali mereka bertemu lagi di bangku SMA. Tapi belum juga bertanya, Ia malah selalu kabur duluan. Bukan karena alasan takut saja, melainkan hatinya yang tidak kuat berhadapan langsung dengan Izzy.
*
Sore itu Dera tidak langsung pulang ke rumah. Tekatnya sudah bulat untuk mengutarakan semuanya pada Izzy. Juga ia ingin memuaskan dahaganya atas semua pertanyaan yang selama ini ia pendam. Maka diam-diam diikutilah Izzy saat pulang.
Ternyata cowok yang ia ikuti juga ngga langsung pulang ke rumah. Malah mampir di salah satu warung makan, bukan untuk mengisi perut kosong tapi bekerja sebagai pelayan. Melihat hal itu Dera jadi harus menunggu di luar warung yang cukup ramai tersebut. Hingga pukul sembilan malam barulah Izzy pulang.
Dera membalikkan badannya, takut ketahuan. Lalu kembali mengikuti Izzy. Tapi ...
“Loh, kok ngga ada? Tadi kan lewat sini. Duh ... gimana nih?” tanya Dera pada dirinya sendiri.
“Tidak kusangka usahamu lumayan juga,” ucap seseorang membuat Dera kaget setengah mati.
“E ... mmm kamu,”
“Kenapa ngikutin aku!?”
“Itu ... “
“Apa?!”
“Mmm ... “
Izzy mulai melangkahkan kakinya untuk pergi.
“TUNGGU! AKU CUMAN MAU BILANG SUKA SAMA KAMU. HANYA INGIN TAHU KENAPA KAMU BERUBAH DRASTIS? APA KAMU TIDAK MENGENAL AKU? KITA DULU SATU SD! DAN ... DAN, SEJAK ITU JUGA AKU SUKA SAMA KAMU!” teriak Dera.
Izzy diam cukup lama, sebelum akhirnya ...
“Aneh!” suara cowok di hadapannya melunak.
“Apanya yang aneh?”
“Itu tadi, ngungkapin perasaan atau mau wawancara?” tanya cowok yang diaanggap gunung es oleh banyak orang. Kini giliran Dera yang bingung dengan pertanyaan Izzy.
“Aku juga punya pertanyaan. Kenapa kamu ngga berubah sama sekali? Masih cengeng, ceroboh, dan penakut seperti dulu.”
“Kamu ingat semuanya?” tanya Dera tak percaya. Izzy tersenyum, seperti dulu.
Tentu aku ingat! Aku ingat semua tentangmu. Bisik hati Izzy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)