Rabu, 06 Februari 2013

Berdamailah Dengan Hidup (sebab kita lebih beruntung)


Bukankah aku punya dua kaki?
Lalu ke mana saja selama ini ia melangkah?
Bukankah kedua tanganku berfungsi sempurna?
Lantas, apa saja yang telah kuperbuat?
Pikiran pun tak mengalami gangguan apa-apa.
Apakah telah banyak yang kupikirkan untuk bermanfaat bagi orang banyak?
Ah! semakin menoleh ke belakang, rasa-rasanya tak ada yang berarti. Tak ada yang bernilai lebih, kalau pun ada itu hanya untuk kepentinganku. Untuk mereka yang tak memiliki segala kesempurnaan fisik? Jelas sama sekali tidak ada.
Lalu ...
Hari ini aku terbagun dari mimpi buruk. Di sana pada tempat penuh semangat tampak jelas jiwa-jiwa bersih tengah berjuang untuk hidup mereka. Tak kenal lelah, terlebih pantang menyerah. Sebaliknya senyum mereka tersungging tulus untuk siapa saja, tak pilih kasih namun untuk semua yang melihat mereka.
Siapa mereka?
Tiada lain anak-anak dengan kekurangan yang menjadikan mereka pejuang-pejuang sejati. Kekurangan yang sebenarnya meupakan  kelebihan tersendiri. Kekurangan yang menjadikan orang lain harus merasa beruntung dan bersyukur akan keadaan.
Sebut saja Ahmad. Awal menatapnya, aku pikir ia seorang anak kecil yang baru diajar untuk berjalan berjalan. Itulah tipuan yang dimainkan oleh mata, namun kenyataan berkata lain. Umurnya ternyata dua tahun lebih tua dariku (23 tahun).  Sangat mengagetkan, dengan kondisi tubuh seperti itu, dengan perjuangan yang begitu berat, tak bisa berjalan, juga tak mampu berbicara dan ia masih bisa tersenyum menyambut kedatangan kami yang tengah melakukan obserfasi terhadap anak-anak berkebutuhan husus ( tuna daksa). Tidak hanya senyum sesaat, tapi ia tersenyum sepanjang waktu pada kami. Tanpa guratan marah sedikit pun. Haru menyelinap dalam hatiku. Begitu besar kekuatan yang mereka milik, sedang aku?
Lain lagi dengan Renaldi. Anak usia 13 tahun itu juga masih dengan senyum yang selalu terlihat. Matanya yang kadang tenggelam saat tertawa menjadikan wajahnya semakin mengundang ketertarikan kami (aku dan 4 orang temanku) untuk lebih mendekatinya. Aldi, yang saat itu sedang menjalani terapi sesekali terdengar mengaduh menahan sakit. Karena kakinya yang lemah maka, ia pun dimasukkan ke dalam kategori anak tuna daksa. Pun demikan, jika tak melihat kondisi kakinya ia terlihat sama dengan anak-anak kebanyakan.
Yang membuat kami kaget  campur kagum adalah saat ia menyanyikan salah satu lagu artis indonesia dengan penghayatannya yang sangat hebat. Dari awal ia bernyanyi, hanya kekaguman yang kami perlihatkan. Dia tak sekedar menghapal lagu itu tapi penghayatan di dalamnya juga sangat dapat. Sayangnya setelah ia selesai bernyanyi, kami hanya mampu bertepuk tangan dengan kerasnya. Sunggu, aku benar-benar terpukau.
Ada banyak hal di sana yang tak pernah aku tahu sebelumnya, ada Misi yang tangan kirinya lemah, ada Alwi yang kondisinya sama dengan Aldi, Zakir yang sangat aktif berlari bahkan menjadi penunjuk jalan bagi kami, dan banyak lagi anak-anak lain dengan kondisi yang hampir sama. Berbeda, namun sangat kuat.
Hari ini, perjalanan yang sangat berkesan. Pelajaran yang sangat bermakana. Mustinya aku harus berdamai dengan hidupku. Harusnya aku bersyukur dengan keadaanku. Mungkin aku tak sempurna, jauh malah. Tapi setidaknya secara fisik aku lebih sempurna dari mereka. Dan, pantaskah aku mengeluh sedang mereka tidak?
Mereka benar-benar indah. Anak-anak dengan keterbatasan yang bisa terlihat sempurna, mengapa?
Mungkin salah satun alasanya karena ... senyum tak pernah lepas dari bibir mereka.


Makassar, 6 Februari 2013
NB :  Selepas melakukan obserfasi anak-anak berkebutuhan khusus (awalnya sebuah tugas, namun berujung dengan rasa terimakasih bgi belau yang memberikan tugas ini).

10 komentar:

  1. Ya Allah, kasihan juga litany. Oh, iya, kamu di Makassar bagian mana?

    BalasHapus
  2. Masya Alloh... rasa syukur menjadi berkali-kali lipat...

    BalasHapus
  3. Iya, kita harus merasa amat sangat bersyukur dengan semua kesempurnaan yang kita miliki ... Tulisan yang inspirasi. Makasih ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mba Ade udah mampir di sini. Terus belajar dari pengalaman mba dan mnuliskannya.

      Hapus
  4. inspiratif.. menggugah hati untuk bersykur

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mba, perlu banyak bersyukur akan keadaan :)

      Hapus
  5. insfiratif sekali mba.
    terkadang kita memang harus melihat ke bawah, agar tak lupa akan nikmat berlebih yang sudah Allah berikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba, kayaknya perlu sering2 ke tempat serupa biar ngga banyak lupa tuk mensyukuri nikmat, makasih udah mampir

      Hapus

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)