Lama aku berjalan. Dalam gelap.
Tanpa arah. Mencari dan terus saja mencari. Entah apa itu, kepastian mungkin.
Kepastian takdir yang tak pernah bisa terpecahkan olehku. Seperti apa rupanya,
rezkiku seberapa banyaknya, ataukah kapan malaikat maut menjemputku. Semua itu
hanya terbesit dalam tanya. Tanpa jawaban pasti, hanya rekaan semata.
Yang tampak olehku hanya malam yang
setia tergantikan siang. Rumput-rumput yang tak pernah beranjak dari tempat ia
tumbuh, atau pepohonan yang tak juga berlari saat mesin pemotong siap menjamah
batangnya. Sesekali juga hujan yang senantiasa turun dari langit, turun! Dan ia
tak pernah terlihat naik kembali ke atas langit.
Lalu, aku kembali bertanya pada
diriku sendiri. Apa yang telah aku perbuat? Untuk hidup, untuk diriku sendiri
demi takdir yang tak pernah terpecahkan waktu. Ternyata tanyaku masih sama
dengan kemarin, hanya tanya tanpa jawaban pasti. Lagi!
Padahal wajah-wajah penuh kasih
menanti dari balik rumah sederhana kami. Wajah penuh harap akan janji yang tak
terpenuhi. Atau tepatnya belum terpenuhi? Lantas kapan? Kembali sunyi sebab
pemegang jawaban sejati hanya DIA. DIA yang memiliki segalanya. DIA yang hanya
berkata “Jadilah!” maka jadilah segalanya.
Kembali pada pengembaraanku mencari
jawaban takdir. Pun aku tahu jawabannya tak untuk dicari, sebab di kemudian
hari ia akan bermekaran dengan sendirinya. Dengan rupa-rupa yang berbeda. Buruk
kah? Baik kah? Sekali lagi tanya yang terbang dalam angkasa kecilku. Yang
sebenarnya hanya ada usaha serta doa.
Jawaban hanya ada pada DIA. Begutu
juga dengan jawaban takdiriku yang entah bagaimana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)