Cukupkah itu saja?
Mewakili diri yang durhaka pada Ilahi
Menenangkan hati yang gundah gulana
Hingga kembali diam tanpa kata, lagi
Hiduplah si anak dengan rasa bersalah
Pada wanita pemilik “telaga hati” maaf yang luas tak terkira
Kembang pemberi “nafas jiwa” di tengah malam, pada bayi
merah
Untukku manusia kerdil, hina karena menghinanya
“Ah” dua huruf jadi awal rintihan itu
Mengawali lengkingan suara kian menjadi
Penyebab luka sejak dulu
Di hatinya, disimpan rapat lantas ditutupi
Kini diri berada di ujung nafas kehidupan
Menanti Izrai melaksanakan tugasnya
Atas aku yang bertabur penyesalan
Saat ajal benar-benar tinggal setitik helaan saja
Apa daya?
Terputus-putuslah suara lirih
Dari bibir kering tak jua basah
“Bu..bu..nda ma..ma..af..kan aaakuuu”
Afwan bunda, sayang
Makassar,
18 Juni 2012
Di
subuh yang masih buta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)