4-3
Hey, ini tentang liburan
semesterku. Tahukah bukannya menepati janji aku kian malas. Tulisanku tak ada
yang kelar, atau malah aku tak memulainya. Hingga kemaring dapat kabar ada
senior yang tulisannya terbit lagi, uh...bikin ngiri, apa tulisanku hanya akan
menghiasi FACEBOOK, kapan dimuatnya. Tapi bagimana mau terbit aku saja tak
pernah mengirimkan. Parah!
Intinya menulis. Walau tak
memberikan pencerahan? Manfaat? Ah...tinggi kali lah itu, tapi tuk menajamkan
dakwahkan?
Keluhanku sedikit tentang menulis,
hanya tak berani mengirim, takut dengan kritikan, terlalu pesimis, dan terlalu-terlalu
yang lain. Bukankah itu sangat banyak yah? Aku hanya bisa IRI. Catat itu, iri
pada mereka yang dengan mudah menulis buku, mengirim, menggoreskan pena. Iri
malah mematikan aku. Serba salahkan?
Satu minggu saudah aku di rumah.
Tulisanku baru ini, keluhan aneh tak bersolusi. Teori mantap, amalan? Nol
besar, mengapa? Malaskah? Ukh... itu selalu jadi permasalahan terakhir,
solusinya...sudahlah tak perlu membuat teori lagi.
Cekidot...
Intinya gini sebelum balik ke Kota
Daeng yang lumayan panas, harus ada alat perang dengan media. Bukan golok
Bapakku yang akan aku bawa atau pisau dapur Ibuku, tapi goresan-goresan cacat yang
membuat orang tersenyum. Aku ingin bercerita tentang nenekku yang cerewet, dua
adik perempuanku yang malas, adik laki-lakiku yang pulang dari pesentren tuk
istirahat, juga si kecil yang muaniz.
Ada lagi, si Bapak yang bijak, Ibu
yang suka ngomel, dan rumahku yang.... komplitlah, tentang keluarga yang nongkrongin
tv. Waduh banyaklah. Tapi layakkah? Terserah yang baca, latihan mas bro...
See you...sok lagi deh...
4-3 malam hari
Adikku yang hitam manis ngelirik
aku, katanya, “Wah barusan mulai tulisannya sudah banyak.” Asal tahu saja ini
tulisan tadi pagi yang dilanjutin. Tetap latihan. Di atas aku sudah nulis
‘keluarga yang suka nongkrongin tvkan? Nah sekarang ini tepatnya pukul 20
lewat, keluargaku udah duduk manis di depan benda persegi itu. Indonesia vs
Filipina tanding bola, itulah yang mereka nonton. Tapi kayaknya pindah chenel
lagi deh.
Lebih baik aku ceritakan tentang
adik-adikku. Berhubung aku anak pertama, jadi tak punya kakak, yang ada empat
orang adik, duanya perempuan sisanya laki-laki. Anak kedua Bapak Ibuku itu
laki-laki, kalu tidak salah namanya Muh. Miftakhulhair. Sifat adikku ini tak
banyak bicara, turunan sifat bapak kayaknya. Sekarang kelas dua SMP di salah
satu Pondok Pesantren. Nah, kebetulannya lagi dia pulang pas akunya juga sedang
libur, tapi besok sudah harus kembali ke rumah keduanya.
Selanjutnya ada si hitam manis,
tipikal wanita perkasa bangat, Sitti Humairah. Adikku ini agak tomboy, mental baja, cerdas, dan keras. Tak
suka di perintah, kecuali ada iming-iming tentu saja. Paling sering ikut lomba,
dapat juara. Bangga juga punya adik kayak gini, tapi kalau malasnya kambuh,
iklim pujian ini akan berunah. Oh ya, sekaran sudah kelas enam SD, tinggal
menghitung bulan ia juga diungsikan ke pesantren. Hi...hi...hi...
Sitti Muhajira, rambut tebal,
cantik, cewek abis, tukang makan, gampang nangis, dan bla...bla..bla. Kelas
empat SD sat ini. Gadis yang satu ini menerutku agak manja, kalau sudah
ngambek, kamar jadi pelampiasan, beda tipis denganku dulu.
Terakhir si Imam Hanif. Inilah yang
selalu membuatku rindu.
4-4
14-19 Ali Imran, pagi yang diawali
dengan siraman rohani. Keren deh pokoknya, dibawain sama Uztadz Yusuf Mansur. Tentang
bagaiman cara menjadi pengusaha saleh yang taat kepada Allah. Jadi ingat diri,,
pengusaha saja dengan segudang kesibukan tapi bisa jadi orang-orang yang berada
dalam lingkaran ibadah, apatah lagi diriku yang tak sibuk-sibuk amat. Moga-moga
saja ini sebuah ketukan jiwa lagi. Amin.
Oh ya, tadi buka catatn ini karena
pengen cerita kejadian pas tidur. Yupz... mimpi, lagi! Jika biasany mimpi
tentang satu orang yang pernah mencuri perhatianku, tak masalah. Tapi ini
ketiganya muncul. Waduh, tak percaya juga. Ketiganya muncul dengan peranan yang
berbeda. Si Nao dengan bantuan Cuma-cumanya. Si Bit yang cuek bebek sama dengan
keadaan sebenarnya. Terakhir Mr. Yang jauh di sana, yang berusaha aku hindari.
Anehnya saat ini keadaannya memang seperti itu. Kembali aku merasa dekat deng
si Nao bahkan meminta bantuannya, tentu saja dia siap ngebantu, wuih... tak
menyangka bangat.
Terus Bit, kamarin juga ia muncul
tiba-tiba bangat tak heran itu hanya sebuah pemberitahuan darinya, setelahnya
tak usah ditanyakan, pada akhirnya hilang ditelan kesibukan lagi. Setidaknya
aku sudah biasa. Nah Mr. Sendiri tak enting-penting bangatlah. Yang jelas
ketiganya hadir di dunia malam. Hah... semakin yakin mereka hanya bunga-bunga
hidupku, itu anggapan sekarang karena kedepannya siapa yang tahu. Tak ambil
pusing juga, toh takdirlah yang bermain.
Eh si Mifta udah mau balik ke
Pesantren hari ini. Pisah lagi, selamat berjuang adikku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)