Stadiom Akhir
Ditemani sunyinya malam, sendunya
sebuah nyanyian ikut memainkan suasana hati. Terasa benar jiwa yang kian kering
dari sentuhan Agama. Dunia semakin memalingkan wajah burukku. Semakin sadar,
tapi tak pernah bisa lepas. Kelu kesah tak lagi jadi senjata, tak pernah ada
gunanya, hanya menambah luka yang kian bernanah.
Mimpi satu-satu kian menjauh. Tak
mau mendekat tuk diraih. Lalu apa yang akan terjadi kini? Masih yakinkah aku
pada “Tak ada yang tak mungkin”, atau itu hanya sebahagian konsep yang tak
mungkin kurealisasikan di hidupku. Juga sama dengan “Mengapa kau bisa sedangkan
aku tidak?”, bukankah kesemua itu benar-benar melelahkan.
Memandang sekeliling membuat raga
iri, hati sesak, mereka selalu penuh kenikmatan, ketenangan, kemenangan, sedang
aku? Bersyukur kian jauhkan?
Terasa indah mencerca, tentang
mereka yang selalu merasa benar, bahkan munkin juga aku. Nikmat bercerita duri.
Kian jatuh saja, bangunkan aku!!
Tak ada suara jugakan? Karena memang
saat ini aku merasa sendiri.
“Kita tak benar-benar sendiri”
KALIMAT ITU MALAH MEMBUATKU TAKUT!! Keinginanku sendiri, ak lupa apa. Amnesiakah
aku juga?
Siapa peduli, kinipun tak ada
yang akan mengenali aku siapa. Kau? Dia? Mereka? Aku rasa tidak. Semua sibuk
pada diri sendir, pada hal yang menguntungkan mereka saja, tak ada yang peduli
pada debu yang hanya jadi parasit sepertiku. IYAKAN?!?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)