Mimpi adalah Kita
Oleh: Sitti Mardiyah
Mimpi adalah kita yang
berlarian bersama
pada jalan-jalan setapak berkelok
di sana ada pohon-pohon tempat berteduh
ada sungai yang airnya keruh perlahan jernih
pada jalan-jalan setapak berkelok
di sana ada pohon-pohon tempat berteduh
ada sungai yang airnya keruh perlahan jernih
Mimpi adalah kita yang
berkejaran
kadang aku di depanmu, kadang kau dahului aku
saat tanjakan kita berpegangan tangan
kala aku terjatuh tanganmu terulur membantu
kadang aku di depanmu, kadang kau dahului aku
saat tanjakan kita berpegangan tangan
kala aku terjatuh tanganmu terulur membantu
Mimpi adalah kita
kita yang terkulai dalam lelah
kita yang memjamkan mata
dan kita yang kembali bangkit untuk mimpi
kita yang terkulai dalam lelah
kita yang memjamkan mata
dan kita yang kembali bangkit untuk mimpi
Mimpi adalah kita ...
2015
Tentang
lelaki yang Menanam Benih Benci
Oleh:
Sitti Mardiyah
Laki-laki yang menanam
benih benci di hatimu
saat dulu
ketika usia belia di sandang
berwujud galak
mata garang menusuk
melarang kemana kaki melangkah
menyuruhmu tak bermain dengan si tua
memaksa tidur di siang hari
tak ada jatah jajan yang banyak
yang ada dipaksa ini itu dan lainnya
saat malam, matamu redup
kau dipinta mengulang hapalan
tak merebahkan badan jika semua belum usai
laki-laki itu ...
kau ... benci dengan segenap hati
dan kecamuk dendam yang meletup letup
saat dulu
ketika usia belia di sandang
berwujud galak
mata garang menusuk
melarang kemana kaki melangkah
menyuruhmu tak bermain dengan si tua
memaksa tidur di siang hari
tak ada jatah jajan yang banyak
yang ada dipaksa ini itu dan lainnya
saat malam, matamu redup
kau dipinta mengulang hapalan
tak merebahkan badan jika semua belum usai
laki-laki itu ...
kau ... benci dengan segenap hati
dan kecamuk dendam yang meletup letup
Kini laki-laki itu bungkuk
di depanmu
matanya berair setiap hari
kulitnya mengeriput
suaranya tak lagi tegas menusuk
dan kau ...
tak ada benci di hatimu
tak ada dendam
di hatimu berjuta rasa termakasih tumbuh subur
menggantikan benih benci yang mengering
matanya berair setiap hari
kulitnya mengeriput
suaranya tak lagi tegas menusuk
dan kau ...
tak ada benci di hatimu
tak ada dendam
di hatimu berjuta rasa termakasih tumbuh subur
menggantikan benih benci yang mengering
Laki-laki itu memelukmu
hangat
dan kau menangisi hari
terimakasih, katamu.
dan kau menangisi hari
terimakasih, katamu.
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)