Minggu, 01 September 2013

Terenggutnya Senja


“Kali ini nenek akan bercerita lagi,” ucap Nek Maryam pada cucunya.
“Tapi cerita yang lain ya, Nek. Kalau kiasah cinta nenek aku sudah mendengarnya puluhan kali.” Jamilah merengek sambil memeluk neneknya erat.
Jamilah sangat menyayangi neneknya. Karena Nek Maryam adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Walau demikian, keduanya hidup dengan sangat behagia dalam istana megah milik Nek Maryam. Ya! Nek Maryam memang orang kaya, dan satu-satunya pewarisnya adalah Jamilah.
“Ya, nenek tahu kamu sudah bosan dengan cerita nenek itu.”
“Aku tidak bosan, hanya saja butuh selingan baru, Nek!” ucap Jamilah membuat neneknya tertawa.
“Kamu ini tidak bisa bohong sama nenek.”
“Hehehe ... jadi bagaimana? Nenek jadi cerita kan?” tanya Jamilah. Kali ini wajah Nek Maryam terlihat serius. Perlahan ia menarik nafasnya dalam untuk memulai ceritanya.
“Dengarkan baik-baik ... “
***
Gadis itu berlari-lari dengan riangnya di tepi pantai. Hamparan pasir yang luas menjadi saksi betapa bahagianya gadis tersebut. Ombak pun sesekali menjilat kaki putihnya yang tak beralaskan apapun.
Gadis tersebut tengah menikmati liburannya. Walau ia hanya bersama pengawal ibunya, namun ia cukup bahagia. Ia tak menuntut banyak pada sang ibu yang punya berbagai macam kesibukan. Baginya, cukuplah ia mendapat izin dari wanita yang dihormatinya itu untuk bersantai sejenak. Kencintaannya pada laut membuatnya rela jauh dari ibu dan rumah megahnya.
Senja sebentar lagi berganti malam, ia masih betah saja di pantai. Pun saat itu pantai mulai sepi. Ia hanya ditemani Jamal, pengawalnya. Tapi Jamal tiba-tiba mendapatkan telepon dari ibu gadis tersebut, ia pun menjauh dari tempat sang gadis. Jamal tak menyangka kalau sesuatu yang buruk telah menanti putri tuannya.
Dan saat kembali, alangkah kagetnya laki-laki usia 27 tahun itu. Gadis yang menjadi tanggung jawabnya tak lagi di tempat. Raib entah kemana, padahal hari mulai gelap. Jamal segera mencari keberadaan sang gadis.
“Nona Senja!” terikanya berkali-kali.
“Senja!”
“Senja!” Kepanikan mulai merasuki laki-laki tersebut. Apa yang akan ia katakan pada ibu gadis tersebut nanti. Terlebih lagi, hatinya mulai resah. Senja! Dimana kamu?
Keringatnya tak lagi terhitung berapa jumlah tetesannya yang membasahi bajunya. Pikirannya tertuju pada gadis yang diam-diam dicintainya. Dan ... ia pun sampai pada batu besar yang terletak tak jauh dari pantai. Ia pun mendekati bebatuan tersebut, berharap gadis yang dicarinya ada di sana.
“Senja!” terikanya kaget. Di balik batu tersebut Senja tergeletak tak berdaya. Dalam gelap masih dapat Jamal melihat bercak-bercak darah pada pakaian gadis yang mulai beranjak dewasa tersebut. Kepanikan makin meraja. Jamal pun menggendong sang gadis untuk kembali ke hotel.
***
 “Jadi gadis itu kenapa, Nek?” tanya Jamilah pada nenekny.
“Dia ... kehormatn gadis itu direnggut.” Perlahan air mata Nek Maryam mengalir.
“Terus bagaimana kelanjutannya?”
“Pengawal gadis itu mengaku kalu dialah pelakunya. Bahkan gadis tersebut pun mengiayakan. Nenek baru tahu kebenarannya sesaat setelah gadis tersebut melahirkan.”
“Jadi nenek kenal dengan gadis itu?”
“Tentu saja karena dialah satu-satunya putri ibu.”
“Putri nenek?! Maksudnya ... “
“Dialah ibumu Jamilah. Ibu yang meninggal setelah melahirkanmu.”
Ibu yang tak pernah aku temui karena malam merenggutnya dariku! Bisik hati Jamilah pilu. Air matanya jatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)