Aku melihatnya sendiri. Wajah-wajah penuh
senyum. Tawa mendera. Terdengar menusuk telinga. Pun menusuk juga menghibur. Sebab
aku pun tersenyum. Sama seperti mereka. Rasa sungkan yang awalnya menyiksa
terkikis sudah. Hilang, tenggelam dalam tawa mereka. Satu-satu peluh jatuh. Dua.
Tiga. Bahkan banyak. Aku senang karena mereka. Jiwa kecil yang meronta bebas.
Ini hanyalah awal yang dilakukan karena
terpaksa. Tuntutan dunia yang kugeluti. Satu yang kuyakini, mereka
menghilangkan keterpaksaan itu. Menggantinya dengan sebuah rasa menggebu-gebu. Dan
masih tidak aku mengerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)