Aku
semakin yakin Dia ada di saat yang tidak terduga. Dia ada di saat segalanya terasa mustahil. Bahkan ada ketika
diam menjadi pilihan.
http://agoyman.deviantart.com/ |
Bukan
masalah sebenarnya. Aku tidak pernah bolos kuliah, jadi izin sesekali mungkin
tidak masalah. Itu yang aku pikirkan. Aku pun sempat mengirim pesan pada dosen
yang bersangkutan untuk diberi izin. Tak lupa juga beberapa temanku aku kabari.
Aku termasuk orang yang tidak suka mencari masalah, apa lagi dengan urusan
kuliahku. Niatku secepat mungkin menyelesaikan kuliah. Kerja. Sekolah lagi atau
bahkan nikah (hehehe).
Lanjut
pada kisah di atas. Acara berlangsung hidmat. Walau diserang lelah dan kantuk
namun aku sangat bersyukur bisa berkumpul dengan sanak keluarga kami. Bahkan
yang jarang atau sudah lama aku tidak temui kini bertatap muka lagi. tak lupa
saling memperkenalkan diri masing-masing. Biasa, karena sudah lupa dan keadaan
fisik yang memang telah banyak berubah. Berkaitan dengan kuliahku, aku tidak
hadir beberapa pertemuan.
Setelah
kembali masuk kuliah teman-temanku memberi kabar. Katanya salah satu dosen yang
masuk saat aku tidak hadir sangat disiplin. Bagi dosen tersebut sangat penting
nilai kehadiran mahasiswanya. Terlebih hari pertama kuliah. Wah ... bukan main
kagetnya aku. Aku memang paling anti berurusan dengan dosen. Aku sangat mudah
deg-degan. Mudah keringat dingin. Mungkin yang lain tidak menyadari, namun
faktanya saat tampil simulasi atau diskusi di depan kelas aku sering bergetar.
Hati bahkan ngga karuan. Dan kini musti berhadapan dengan dosen tegas? Aku kehabisan
kata-kata dibuatnya.
http://agoyman.deviantart.com/ |
Kematian
pamanku menjadi alasanku untuk pulang kampung lagi. Malam itu aku beserta
orang-orang terdekatnya (keluargaku) mengantarnya pulang sebab beberapa hari
sebelumnya beliau sempat di rawat di Makassar. Untuk pertama kalinya juga aku
duduk dekat sekali dengan mayat. Aku yang penakut mana berani seperti itu. Kuliahku kutinggalkan lagi. Dosen tegas pun
sesaat terlupakan. Bahkan tugasku yang kala itu wajib dikumpul belum kelar.
Kesedianlah yang meraja. Aku pasrah dengan nilai rendah dari sang dosen
nantinya.
Singkat
cerita, beberapa hari setelah pemakaman aku pun kembali pada aktivitas kuliahku
di Kota Daeng. Mulai kembali fokus pada tugas-tugasku. Benar saja, akibat tugas
yang belum kelar aku pun tidak diizinkan mengikuti mata kuliah dari sang dosen
tegas. Kata beliau, sebelum tugas yang lumayan banyak itu selesai aku tidak
boleh masuk di kelasnya. Untuk pertama kalinya aku diusir dari kelas. Untuk
pertama kalinya dalam hidupku selama aku mengenyam bangku pendidikan.
Tugas
terkumpul. Aku masih pasrah. Kelak jika nilaiku jelek terpaksa pula harus
mengulang. Dasar beliaunya memang doseng disiplin, bayangin saja saat
kebanyakan orang merayakan pergantian tahun di malam tahun baru, aku beserta
mahasiswanya yang lain malah sibuk menghapal surah-surah yang sudah beliau
tentukan. Katanya sebagai syarat masuk mid semester.
Aku
bersyukur sudah hapal sedikit-sedikit surah yang disuruhkan. Makanya keesokan
harinya aku dan lima teman sekelasku diperbolehkan ikut mid semester oleh sang
dosen. Sedang teman-teman yang lain malah keesokan harinya. Bahkan ada beberapa
yang baru masuk setelah beberapa hari.
Apa
intinya? Aku sudah merasa pasrah dengan nilaiku. Namun Allah ternyata punya rencana
lain. Ketika dua, tiga kali aku tidak hadir pada kuliah sang dosen, dengan
firman-firmaNya aku malah mendapatkan kemudahan. Tidak hanya itu, dosen yang
berangkutan bahkan memebrikan nila A padaku. Sedikit nikmat dariNya saja sudah
begitu besar terasa. Sedikit menghapal ayatnya saja Dia sudah memberikan
balasan berupa kemudahan, gimana kalau dihapal semuanya ya?
Dia
ada. Bahkan saat aku merasa sendiri.
Ya! Aku semakin dan semakin yakin akan
hal itu. beberapa hari ini aku mearsa terpuruk. Semakin bodoh, tidak pernah
beruntung, selalu kena marah, mudah tersinggung, dan segudang kemarahan
berkecamuk dalam hatiku. Siang tadi aku kembali pasrah.
“Sudahlah,
pun marah, dengki, dendam semuanya tidak akan berubah.”
Maka
sebelum air mataku keluar, aku pun ke kamar mandi ambil air wudhu lalu
diam-diam shalat duha di kamar sepupuku. Habis itu nagis deh. Tetap nagisnya
jaim. Diam-diam. Tapi bener loh, nikmat banget curhat sama Sang Pencipta kita.
Adem rasanya. Sebenarnya aku jarang memohon, bukannya sombong. Aku sering
merasa tidak pantas memohon padaNya. Kenapa? Pantaskah aku meminta saat
amalanku tidak pernah sempurna? (itu yang aku pikirkan).
Setelah
dua rakaat dan doa-doaku selesai, aku pun kembali tenang. Kembali beraktifitas
seperti biasanya. Sebuah buku tentang tobat malah menemaniku. Hari-hari memang
berat, statusku di fb bahkan aneh-aneh. Tapi suduahlah. Nikmatnya hidupku akan
terasa jika aku menengok ke belakang. Melihat yang lebih susah dari pada aku.
Lalu
malam ini kembali kejutan kecil dariNya menyapaku. BagiNya mungkin kecil. Tapi
bagiku sungguh sebuah lebahagiaan yang luar biasa.
Nada
smsku berbunyi. Dan sms yang masuk adalah kaliamt di atas. Sesaat aku diam.
Aku? Cerpenku? Bukankah itu aku kirim dua minggu yang lalau? Aku pikir tidak
termuat karena memang rada aneh.
Kembali
tertegun. Iya sih hari ini aku belum lihat koran langganan pemilik rumah. Tadi
pagi niatnya mau lihat, tau-tau korannya sudah kebawa sama pemilik rumah pas
mau jalan-jalan ke Malino. Tapi apa iya aku?
Karena
yang empunya rumah sudah pulang makanya secepat mungkin aku tanya. Dan teryata
... wah senangnya. Hatiku tergelitik lagi. Malu lagi.
http://agoyman.deviantart.com/ |
Tuh kan ... ngga sabaran sih. Main menghakimi segala, makanya, berprasangkanya yang baik-baik. Jangan hatinya dibuat rusuh mulu kayak orang lagi demo. Tuh lihat, Allah baik banget masih mau ngasih nikmatNya. Ingat, lihat ke belakang. Ingat juga nikmat dariNya tuh bejibun. Dihitu pake alat secanggih apa pun kagak balan ngeh. Sekarang mau ngomong apa lagi coba???
(Masih dalam senyum malu-malu, atau
malah malu-maluin?)
makasih untuk share pengalamannya
BalasHapusdan selamat untuk cerpennya yg berjudulnya Tiga mata telah di muat dikoran
makasih mba Lisa
Hapus